Emosi yang meledak-ledak atau sering marah bisa disebabkan oleh berbagai faktor kesehatan, baik fisik maupun psikologis. Salah satu penyebab utama adalah ketidakseimbangan hormon, terutama kortisol dan adrenalin, yang meningkat saat seseorang mengalami stres. Kadar hormon ini yang terlalu tinggi dapat membuat seseorang lebih mudah tersulut emosi, bahkan dalam situasi yang seharusnya tidak terlalu memicu kemarahan.
Selain itu, gangguan tidur juga berperan besar dalam mengontrol emosi. Kurang tidur dapat mengganggu fungsi otak, terutama pada area amigdala yang mengatur respon emosional. Studi menunjukkan bahwa seseorang yang tidur kurang dari enam jam per malam cenderung lebih mudah tersinggung dan sulit mengendalikan perasaan marah. Kekurangan nutrisi, seperti defisiensi vitamin B kompleks dan magnesium, juga dapat memengaruhi keseimbangan neurotransmitter di otak, yang berujung pada peningkatan iritabilitas dan kecemasan.
Faktor lain yang sering kali diabaikan adalah kondisi medis tertentu, seperti gangguan tiroid dan diabetes. Hipertiroidisme, misalnya, dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem, termasuk mudah marah dan cemas. Sementara itu, fluktuasi kadar gula darah pada penderita diabetes dapat menyebabkan perubahan mood yang drastis, dari mudah marah hingga depresi. Gangguan kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan juga dapat membuat seseorang lebih sensitif terhadap stres dan lebih sering mengalami ledakan emosi.
Untuk mengendalikan emosi berlebihan, penting untuk menjaga keseimbangan hormon, memperbaiki pola tidur, mengonsumsi makanan bergizi, serta mengelola stres dengan baik melalui olahraga, meditasi, atau terapi psikologis. Jika emosi tidak terkendali dalam jangka panjang, konsultasi dengan tenaga medis atau psikolog bisa menjadi langkah terbaik untuk menemukan solusi yang tepat.