Home
Di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah perbatasan, Thailand dan Kamboja sepakat menunjuk Malaysia sebagai mediator resmi untuk meredakan konflik yang telah berlangsung selama empat hari terakhir. Menteri Luar Negeri Malaysia, Mohamad Hasan, mengungkapkan bahwa kedua negara menyampaikan langsung permintaan tersebut dengan keyakinan penuh terhadap peran Malaysia dalam menyelesaikan sengketa. Kesepakatan ini tercapai meski kedua pihak masih saling menuduh melancarkan serangan artileri.
Perundingan akan berlangsung di Malaysia, menyusul kedatangan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai pada Senin malam. Mohamad Hasan menyebut, baik Thailand maupun Kamboja menolak campur tangan negara lain dalam konflik ini, menjadikan Malaysia satu-satunya pihak yang dipercaya sebagai penengah. Usulan gencatan senjata sebelumnya telah diajukan oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang saat ini memimpin forum ASEAN.
Dukungan terhadap penyelesaian damai juga datang dari Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio telah menghubungi para pejabat dari kedua negara, menyerukan penurunan eskalasi dan menyatakan kesiapan AS untuk memfasilitasi diskusi lanjutan jika diperlukan. Departemen Luar Negeri AS menegaskan bahwa stabilitas kawasan Asia Tenggara adalah kepentingan bersama yang harus dijaga.
Pertempuran antara pasukan Thailand dan Kamboja ini telah menelan korban jiwa lebih dari 30 orang, termasuk warga sipil dari kedua negara. Sedikitnya 200.000 orang terpaksa mengungsi dari zona konflik, menjadikannya salah satu krisis kemanusiaan terbesar yang terjadi di kawasan tersebut dalam dekade terakhir. Situasi saat ini masih tegang, namun diharapkan proses mediasi dapat segera menghentikan kekerasan lebih lanjut.
