Hasil autopsi terhadap pendaki asal Brasil, Juliana Marins, mengungkap fakta baru mengenai penyebab kematiannya. Diketahui, Marins hanya bertahan hidup sekitar 20 menit setelah jatuh ke jurang sedalam 600 meter dalam insiden tragis pada Sabtu (21/6) lalu.
Dokter forensik dari RSUP Prof IGNG Ngoerah, Ida Bagus Putu Alit, menyebut bahwa Marins mengalami luka berat di beberapa bagian tubuh akibat benturan keras. Bagian tubuh yang paling parah terdampak adalah dada belakang, tulang punggung, dan paha, yang mengakibatkan perdarahan fatal di organ-organ vital.
“Paling lama 20 menit sejak jatuh, korban sudah tidak mampu bertahan,” ujar Alit. Saat pertama kali terjatuh, tubuh Marins sempat terekam masih bergerak melalui drone milik wisatawan lain. Namun ketika pencarian dilakukan dengan bantuan drone thermal oleh tim SAR, pergerakan itu sudah tidak terlihat lagi.
Autopsi juga menyingkirkan kemungkinan kematian akibat hipotermia. Alit menjelaskan bahwa tidak ditemukan ciri khas seperti jari menghitam atau penyusutan limpa yang biasa terjadi akibat suhu dingin ekstrem. “Penyebab utama kematiannya adalah trauma fisik hebat, bukan faktor suhu,” pungkasnya.