Sebagian besar indeks saham global ditutup melemah pada Jumat (3/7/2025) di tengah kegelisahan pasar menjelang berakhirnya tenggat waktu pemberlakuan tarif impor Amerika Serikat (AS). Indeks DAX di Jerman terkoreksi 0,8 persen, sementara CAC 40 di Prancis anjlok 1,1 persen. FTSE 100 Inggris juga mengalami penurunan sebesar 0,4 persen. Di Asia, KOSPI Korea Selatan jatuh 2 persen, dan Hang Seng Hong Kong turun 0,6 persen. Namun, beberapa indeks mencatat kenaikan tipis seperti Nikkei Jepang yang naik 0,1 persen dan Shanghai Composite yang menguat 0,3 persen.
Pasar global saat ini dalam posisi menahan napas menjelang batas waktu Selasa, 8 Juli 2025, yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump terkait pemberlakuan tarif impor terhadap lebih dari 100 negara. Penundaan selama 90 hari sejak April lalu memberikan ruang negosiasi, namun ketidakpastian masih membayangi. Menurut Mizuho Bank, beberapa negara mitra dagang telah menerima surat resmi dari Presiden Trump mengenai keputusan tarif yang bisa diumumkan sewaktu-waktu.
Di tengah tekanan di Asia dan Eropa, bursa saham Amerika justru bergerak positif. Indeks S&P 500 mencetak rekor tertinggi baru dengan kenaikan 0,8 persen pada Kamis (2/7/2025), disusul Dow Jones Industrial Average yang naik 344 poin, dan Nasdaq yang menguat 1 persen. Kinerja positif Wall Street ini terjadi di tengah harapan bahwa Trump akan menunda atau merevisi kebijakan tarif untuk menghindari gejolak ekonomi global.
Stephen Innes, mitra pengelola di SPI Asset Management, menyebut suasana pasar Asia jauh lebih lesu dibanding Amerika. “Kegelisahan ini selalu muncul setiap kali Trump mendekati pemicu tarif. Ini seperti deja vu yang tak tertahankan bagi pelaku pasar Asia,” katanya. Analis memperingatkan bahwa volatilitas tinggi bisa terjadi pekan depan jika keputusan tarif diumumkan tanpa kejelasan arah negosiasi.