Mudik Lebaran 2025 mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan karena dinilai sebagai mudik paling lancar sejak awal tahun 2000-an. Pemerintah dipandang sukses mengantisipasi lonjakan pemudik dengan langkah-langkah strategis, termasuk menetapkan libur sekolah sejak 21 Maret dan cuti bersama Lebaran dari 2 hingga 7 April. Skema ini dinilai efektif mengurai kemacetan karena pemudik dapat mencicil kepulangan lebih awal dan menyebar waktu arus balik, sehingga menghindari penumpukan lalu lintas.
Meskipun pemerintah memprediksi jumlah pemudik mencapai 148,48 juta orang, kenyataannya arus mudik tahun ini justru terasa lebih sepi dibandingkan tahun sebelumnya. Di kota, banyak masyarakat membatalkan niat mudik karena faktor ekonomi seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pengangguran. Di desa pun, suasana Lebaran terkesan lengang karena sebagian wilayah mengalami paceklik atau gagal panen akibat cuaca ekstrem dan banjir.
Sejumlah faktor dinilai turut menunjang kelancaran mudik, mulai dari pemberlakuan sistem one way secara masif ke arah Jawa Tengah, potongan tarif tol, hingga larangan kendaraan berat melintas selama masa Lebaran. Selain itu, penerapan pembayaran tol elektronik mampu memangkas waktu antrean di gerbang tol secara signifikan. Koordinasi lintas sektor seperti TNI, Polri, Kemenhub, dan relawan juga berperan besar dalam menjaga kelancaran lalu lintas selama arus mudik dan balik.
Lebaran 2025 menjadi pelajaran penting bahwa keberhasilan mudik bukan semata soal teknologi atau infrastruktur, tetapi juga soal manajemen waktu dan kebijakan publik yang tepat. Meskipun faktor ekonomi menyebabkan beberapa orang tidak mudik, hal itu justru membantu mengurangi kepadatan lalu lintas. Pemerintah diharapkan dapat mempertahankan pola manajemen mudik yang telah berjalan baik ini dan menjadikannya acuan dalam perencanaan tahun-tahun mendatang.