KFC Indonesia kembali mencatatkan kerugian besar sebesar Rp 557,08 miliar pada kuartal III 2024, yang menyebabkan penurunan aset perusahaan menjadi Rp 3,83 triliun. Sementara itu, utang perusahaan juga meningkat signifikan, mencapai Rp 3,56 triliun. Kerugian ini menambah panjang daftar tantangan yang dihadapi oleh KFC Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, dengan dampak yang semakin terasa pada kinerja finansial perusahaan.
Meskipun kampanye boikot terhadap produk Amerika Serikat turut memberikan dampak negatif terhadap penjualan, kerugian besar yang dialami KFC Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak 2020. Pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi yang berjalan lambat membuat perusahaan kesulitan untuk kembali pulih dari penurunan kinerja. Selain itu, situasi ketidakpastian ekonomi global turut memperburuk keadaan, memperlambat proses pemulihan yang diharapkan.
Konflik yang terjadi di Timur Tengah belakangan ini juga menambah beban bagi KFC Indonesia. Ketegangan internasional ini berimbas pada menurunnya daya beli konsumen serta meningkatnya ketidakpastian ekonomi di berbagai sektor, termasuk sektor makanan dan minuman. KFC Indonesia saat ini sedang berusaha keras untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan mencari cara agar bisnis dapat kembali tumbuh di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Meski mengalami kerugian yang signifikan, KFC Indonesia tetap berkomitmen untuk memperbaiki kinerja keuangan dan memperkuat posisi pasar di Indonesia. Perusahaan akan terus beradaptasi dengan dinamika pasar dan merancang strategi jangka panjang untuk memulihkan kondisi keuangan dan menciptakan peluang baru bagi pertumbuhan di masa depan.