Titik Terang > NASIONAL > ERICK THOHIR DI PERSIMPANGAN JALAN: ANTARA REFORMASI SEPAK BOLA DAN KRISIS DI BUMN

ERICK THOHIR DI PERSIMPANGAN JALAN: ANTARA REFORMASI SEPAK BOLA DAN KRISIS DI BUMN

Kepemimpinan ganda Erick Thohir sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) kini berada di bawah sorotan tajam publik. Dua sektor yang ia pimpin tengah dilanda gelombang masalah yang tak bisa diabaikan. Dari skandal di tubuh Pertamina hingga performa inkonsisten Tim Nasional Indonesia, masyarakat mulai mempertanyakan efektivitas Erick membagi fokus di dua ranah yang sama-sama membutuhkan perhatian intensif dan solusi konkret.

Pertaruhan di PSSI: Antara Mimpi dan Realita

Saat Erick Thohir mengambil alih kepemimpinan PSSI, ada harapan besar bahwa pengalaman dan jejaring globalnya akan menjadi motor penggerak reformasi sepak bola nasional. Namun, optimisme tersebut berhadapan langsung dengan kenyataan pahit di lapangan. Kekalahan telak Timnas Indonesia dari Australia di kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi refleksi dari masalah mendalam yang belum tersentuh solusi komprehensif. Isu-isu seperti tata kelola liga yang amburadul, minimnya pembinaan usia dini, hingga dugaan mafia sepak bola masih menjadi bayang-bayang gelap di balik jargon transformasi.

Meski beberapa kebijakan, seperti memperbaiki sistem rekrutmen pemain naturalisasi, diapresiasi, hasil nyata di lapangan tetap menjadi tolak ukur utama. Dalam olahraga yang sarat emosi seperti sepak bola, publik tak hanya menuntut janji-janji programatik, tetapi juga bukti konkret berupa prestasi dan pembenahan struktural.

Krisis di BUMN: Luka Lama yang Terus Menganga

Sementara di BUMN, tantangan yang dihadapi tak kalah pelik. Skandal korupsi di Pertamina, restrukturisasi Garuda Indonesia yang berlarut-larut, hingga dugaan penyimpangan di beberapa perusahaan plat merah lainnya memperlihatkan betapa dalamnya krisis tata kelola di institusi vital negara ini. Meski Erick sering menggaungkan narasi bersih-bersih dan transparansi, publik sulit mengabaikan fakta bahwa skandal demi skandal terus mencuat di bawah kepemimpinannya.

Yang menjadi pertanyaan mendasar: Apakah ini sekadar persoalan teknis administratif atau cerminan dari krisis mental birokrasi yang sudah kronis? BUMN sebagai tulang punggung ekonomi negara semestinya menjadi contoh integritas dan profesionalisme, bukan panggung bagi kepentingan segelintir elite.

Dilema Rangkap Jabatan: Fokus yang Terpecah atau Kapasitas Manajerial?

Rangkap jabatan di dua institusi strategis ini memunculkan dilema besar. Pendukung Erick Thohir menilai ia memiliki kapasitas manajerial dan jaringan luas untuk mengatasi tantangan di dua sektor tersebut secara simultan. Namun, kritik yang muncul tidak kalah lantang: Fokus yang terpecah berisiko memperlambat reformasi substansial, terlebih di tengah tekanan publik yang semakin intens.

Sejarah menunjukkan bahwa rangkap jabatan di level strategis sering kali menciptakan konflik kepentingan, apalagi ketika masalah-masalah besar di dua institusi itu memerlukan pendekatan yang lebih dari sekadar teknis-administratif. Ini bukan sekadar soal memimpin rapat atau menandatangani kebijakan, melainkan membongkar akar persoalan yang sudah mengakar lama.

Krisis Mental di Balik Krisis Struktural

Baik di PSSI maupun di BUMN, tantangan terbesar yang dihadapi bukan hanya soal kinerja teknis, tetapi juga krisis mentalitas. Budaya birokrasi yang lamban, mentalitas feodal, dan resistensi terhadap perubahan menjadi hambatan yang tak kasat mata namun sangat nyata. Reformasi sejati memerlukan keberanian untuk merombak sistem dari dalam, bukan sekadar membangun citra publik.

Jika Erick Thohir ingin meninggalkan warisan kepemimpinan yang bermakna, langkah yang diambil harus melampaui permukaan. Reformasi sepak bola harus menyentuh akar pembinaan dan sistem liga yang sehat. Di BUMN, perlu keberanian membongkar mafia korupsi tanpa pandang bulu. Dan yang lebih penting, membangun mentalitas baru yang berorientasi pada pelayanan publik dan profesionalisme.

Menunggu Babak Baru

Masa depan kepemimpinan Erick Thohir di PSSI dan BUMN kini menjadi ujian kredibilitas sekaligus komitmen. Masyarakat tidak lagi cukup dengan retorika dan janji-janji manis. Mereka menuntut aksi nyata, keberanian menghadapi resistensi, dan solusi mendasar yang membebaskan dua institusi ini dari jerat krisis yang sudah terlalu lama dibiarkan.

Babak baru menanti—apakah Erick Thohir mampu menjawab tantangan ini, atau justru tenggelam di persimpangan jalan yang ia pilih sendiri?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *