Titik Terang > NASIONAL > DOLAR MENGGILA, RUPIAH AMBRUK! SIAPA YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB?

DOLAR MENGGILA, RUPIAH AMBRUK! SIAPA YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB?

JAKARTA, Titikterang | Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan tren pelemahan signifikan, Per hari ini, Jumat, 4 April 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mengalami pelemahan signifikan.

Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa pada pukul 09.06 WIB, rupiah berada pada level Rp16.745 per USD, melemah 33 poin (0,20%) dari penutupan sebelumnya. Sementara itu, situs Investing.com mencatat nilai tukar USD/IDR berada di posisi Rp16.579,4, dengan kenaikan 46 poin (0,28%). Ini merupakan posisi terendah sejak krisis keuangan Asia pada 1998. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran serius di kalangan pelaku pasar, pelaku usaha, dan masyarakat luas.

Pelemahan nilai tukar ini tidak hanya dipicu oleh faktor global seperti penguatan dolar AS dan ketidakpastian ekonomi dunia, tetapi juga oleh dinamika domestik. Salah satunya adalah reaksi pasar terhadap arah kebijakan fiskal pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto, yang dinilai belum memberikan sinyal kepastian dan keberpihakan pada stabilitas makroekonomi.

“Pasar masih menunggu kejelasan dari program-program ekonomi Presiden Prabowo. Ketika sinyal yang muncul adalah ekspansi fiskal tanpa kepastian pembiayaan yang berkelanjutan, maka pasar merespons dengan menarik dana,” ujar Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), dalam keterangannya.

Tak hanya itu, kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump, yang mulai diberlakukan kembali terhadap negara-negara berkembang termasuk Indonesia, juga menambah tekanan terhadap sektor ekspor. Penurunan daya saing produk ekspor nasional membuat defisit transaksi berjalan kembali melebar, memperburuk tekanan terhadap rupiah.

Bank Indonesia telah melakukan berbagai intervensi di pasar valuta asing dan menyesuaikan suku bunga acuan untuk meredam tekanan tersebut. Namun, langkah-langkah tersebut dinilai masih bersifat reaktif dan belum cukup untuk membalikkan sentimen negatif di pasar keuangan.

Pelemahan nilai tukar ini berdampak langsung terhadap harga barang impor, termasuk bahan baku industri dan produk konsumsi. Inflasi berpotensi meningkat dan daya beli masyarakat makin tertekan, terutama menjelang semester kedua 2025 yang diprediksi sebagai periode pemulihan pasca-Idul Fitri.

Kalangan pelaku usaha menuntut adanya langkah konkret dan terukur dari pemerintah. “Stabilitas nilai tukar sangat krusial bagi dunia usaha. Ketidakpastian ini menyulitkan perencanaan dan investasi,” kata Shinta Kamdani, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia.

Di tengah kondisi ini, para ekonom mendesak pemerintah untuk segera memberikan kepastian arah kebijakan fiskal, memperkuat sektor ekspor, dan mendorong investasi berbasis nilai tambah dalam negeri sebagai solusi jangka panjang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *