MEDAN- Titikterang | Mengambil filosopi rumput yang tetap hidup meski diterpa panas dan hujan bahkan terinjak sekalipun, unit heavy metal/stoner rock Kota Medan, Rumput ingin band ini tetap ada dan berkarya. Meski saat ini, para personelnya sudah tidak tinggal di satu kota. Tapi Rumput harus tetap ada dan terus bermusik sampai kapan pun.
“Rumput ini ada atau tidak kami tetap berteman. Tapi harapannya band ini tidak pernah mati. Sama seperti filosopi rumput, tetap hidup meski dihantam panas dan hujan bahkan terinjak sekalipun,”ungkap Kedy (bass) pada wartawan baru-baru ini.
Band yang kini berformasikan, Nico (vokal), Fandy (gitar), Kedi (bass) dan Bayu (drum) mengingat kembali awal membentuk Rumput. Sebelum Rumput terbentuk para personel Rumput ini pernah membentuk band screamo bernama Rumput Tetangga circa 2008-2010 bersama personel lainnya. Diera itu band-band Screamo, Emo dan Poppunk banyak yang mengisi gigs dan event musik di Medan.
Di pentas terakhir Rumput Tetangga mereka memang berniat untuk membubarkan diri karena stagnan dalam bermusik. Di panggung terakhir Rumput Tetangga penampilan mereka disaksikan Giffarie yang saat itu masih menjadi gitaris The Oh Good. Dia menyayangkan kalau band ini harus bubar.
Kemudian Giffarie mengusulkan mengumpulkan personel yang dianggap punya visi bermusik yang sama, Fandy (gitar), Kedi (bass) dan Nico (vokal) dikumpulkan ditambah seorang drummer Bayu. Giffarie juga awalnya masuk di band baru ini mengisi lini gitar.
“Berlanjut latihan ke studio. Saat itu Giffarie tidak datang. Tinggal kami berempat ngejam. Ternyata saat ngejam chemestrynya dapat. Lalu kami sering ngumpul bareng sambil memikirkan apa nama band yang cocok. Tiba-tiba muncul ide untuk memakai nama Rumput. Jadilah band ini menggunakan nama Rumput,”kenang Kedi.
Intensitas ngumpul yang sering, dimanfaatkan para personel Rumput untuk menciptakan karya sampai mereka punya stok 8 lagu. Lalu muncul ide untuk merekam karya-karya mereka dan dijadikan album. Personel Rumput sepakat untuk menggarap album penuh perdana mereka. Pada tahun 2018, album penuh perdana Rumput bertitel “Munafik” rilis ke kanal musik digital.
Namun, usai melepas debut album penuh perdana “Munafik” para personel Rumput sempat berpencar karena kesibukan pekerjaan masing-masing. Ada yang kerja di Jakarta dan Bandung, sedangkan dua personel lain, Kedi dan Bayu tetap stay di Medan. Meski berpisah jarak namun Rumput sempat beberapa kali mengisi event di Medan dibantu teman-teman dekat Rumput untuk mengisi kekosongan.
Dalam proses penggarapan album, Rumput juga sempat menggarap video dokumenter singkat soal Album Munafik. Mereka terinspirasi dari Motorhead dan Ozzy Osbourne. Video dokumentasi band ini memang sepertinya masih jarang dilakukan anak-anak band di Medan. Tapi Rumput sudah memikirkan hal itu.
Dalam obrolan santai itu, Kedi (bass) juga mengungkap soal pesan yang ingin disuarakan di album Munafik. Menurutnya album berisi total 9 trek yang terdiri dari 7 trek lagu yakni, “Munafik”, “Rezim Lama”, “Mati Saja”, “Tahta”, “Melepas Doktrin”, “Bertahan dan Melawan”, “Skena Perang” ditambah 2 trek instrumentalis sebagai pembuka dan penutup yakni, “Quod Sumus” dan “Hoc Eritis” Rumput coba menyuarakan isu sosial, politik, kekecewaan, berontak dan amarah anak muda dengan tone dan sound tebal khas heavy metal yang dipengaruhi stoner rock ini jadi sajian yang nendang di telinga.
“Melihat semua kondisi yang terjadi di sekitar kita. Sebagai anak muda mungkin kami tidak bisa langsung protes turun ke jalan. Tapi kami coba menyuarakannya lewat karya-karya kami,”jelas Kedi.
Ke depan Rumput berharap, mereka tetap eksis di kancah musik Medan dengan menggarap karya-karya terbaru. “Infonya sih buat showcase peluncuran album dan menggarap singel-singel terbaru,”ungkap Kedi.(YS/Ml)