Selalu merasa bahagia dan bersyukur bukan hanya membuat hidup terasa lebih ringan, tapi juga terbukti berdampak positif bagi kesehatan fisik dan mental. Sejumlah studi ilmiah menunjukkan bahwa sikap positif terhadap hidup, termasuk rasa syukur, mampu menurunkan risiko berbagai penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga gangguan kecemasan dan depresi.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Personality and Individual Differences menyatakan bahwa orang yang rutin mengekspresikan rasa syukur memiliki kualitas tidur yang lebih baik, sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat, dan tingkat stres yang lebih rendah. Selain itu, hormon kebahagiaan seperti endorfin dan serotonin lebih aktif diproduksi ketika seseorang mempraktikkan rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari.
Pakar kesehatan mental dari Universitas Indonesia, dr. Lely Wulandari, SpKJ, mengungkapkan bahwa membiasakan diri untuk mencatat tiga hal yang disyukuri setiap hari dapat memperbaiki suasana hati secara konsisten. “Ini bukan hanya soal perasaan, tetapi soal fungsi otak dan tubuh. Orang yang bersyukur cenderung memiliki gaya hidup yang lebih sehat, termasuk dalam menjaga pola makan dan aktivitas fisik,” ujarnya.
Pemerintah dan berbagai lembaga kesehatan kini juga mulai mendorong pendekatan preventif yang mengintegrasikan kesehatan mental dan emosional dalam program kesehatan masyarakat. Dengan gaya hidup yang lebih tenang, penuh rasa syukur, dan kebahagiaan yang dibangun dari dalam, masyarakat tidak hanya bisa hidup lebih lama, tapi juga dengan kualitas hidup yang lebih baik.
 
  
 
 Home
Home
 
							