Berlibur ke pantai, gunung, mall, pusat kota, melihat kembang api, dan lain-lain. Itulah jawaban orang ketika ditanya apa yang mereka kerjakan di ujung tahun? Seandainya saya ditanya, apa yang saya kerjakan ujung tahun ini: Pergi ke kebun sawit. Sangat tidak berwibawa, sangat tidak populer, tapi saya amat bangga dan mensyukurinya.
Alasan pertama: Saya tidak merayakan tahun baru. Perhitungan tahun atau kalender masehi hanyalah kesepakatan bersama yang dibuat manusia, dan itu hanyalah satu dari sekian banyak sistem kalender lain. Ada sistem kalender Jawa, ada sistem kalender suku Aztec, ada sistem kalender Hijriyah dan banyak lainnya lagi. Kita menyebut hari ini sebagai “tahun baru” karena kita menganut kalender masehi.
Sedangkan bagi yang menganut sistem kalender lain, hari ini hanyalah hari Rabu. Benar saya menganut kalender masehi, demi kemudahan semata, tidak lebih dan tidak kurang. Itu sebabnya jika saya ditanya hari ini hari apa? Saya tidak akan jawab “tahun baru,” saya akan katakan hari ini hari Rabu. Makanya saya tidak merayakan apapun malam ini. Untuk apa saya merayakan hari Rabu?
Alasan kedua: Saya tidak merasa wisata kembang api, ke pantai, ke gunung atau ke pusat kota itu membahagiakan atau membanggakan. Perlu stamina dan komitmen besar untuk bertahan di tengah keramaian menunggu kembang api jam 12 malam. Dan pesta kembang api biasanya berdampak langsung pada kotornya pusat kota; sampah makanan dan minuman bahkan yang beralkohol bertebaran, belum lagi polusi yang diciptakan kembang api.
Itu sebabnya, pergi ke kebun sawit yang di dalamnya ada majelis zikir jauh lebih membahagiakan dan membanggakan buat saya. Potensi energi, waktu dan biaya yang saya miliki semuanya saya habiskan untuk salat, berzikir dan bersilaturrahim dengan orang² saleh. Menariknya waktu, energi dan biaya yang dikeluarkan untuk pergi ke kebun sawit yang di dalamnya ada majelis zikir, lebih murah, lebih hemat dan lebih sedikit dibanding sebuah pesta kembang api.
Sekaligus menghantarkan kita pada alasan ketiga: Hemat biaya, hemat energi, hemat waktu. Kadang² menjadi manusia anti-mainstream atau melawan arus itu sangat membahagiakan, apalagi ketika arus besar atau mainstream masyarakat adalah kemewahan, kemubaziran, hedonisme dan materialisme. Sangat bahagia rasanya tidak terlibat dalam budaya hedonisme dan tidak menjadi manusia materialistik.
Kesimpulan: 1. Rayakanlah sesuatu yang memang layak dirayakan seperti keberhasilan mengendalikan diri, harmonisnya hubungan, atau team yang bekerja keras, atau hal² yang memang diperintahkan dari “Atas” untuk dirayakan, misalnya Idul Fitri dan Idul Adha. 2. Rayakanlah apapun dengan cara yang sederhana, rendah hati dan mengingatkan pada Tuhan. Hari paling memorable di Madinah adalah hari pernikahan Fatimah putri Rasulullah saw. Adapun hidangannya hanya kurma, barley dan hais (semacam manisan kurma).
(rhon)