Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, memproyeksikan nilai tukar rupiah akan bergerak dalam pola konsolidasi di kisaran Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS). Menurutnya, peluang penguatan rupiah di bawah level tersebut cukup terbatas dalam waktu dekat. “Pergerakan rupiah sendiri kembali masuk area konsolidasi di sekitaran Rp16.200. Kelihatannya agak sulit untuk rupiah menguat di bawah level tersebut,” ujarnya di Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Meski demikian, sentimen positif muncul dari gencatan senjata antara Iran dan Israel yang dimulai pada Selasa (24/6/2025) pukul 04.00 GMT. Kabar tersebut menurunkan ketegangan geopolitik dan mendorong investor untuk kembali masuk ke aset berisiko, sehingga melemahkan indeks dolar AS yang kini berada di kisaran 97. Hal ini memberi sedikit angin segar bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Dari sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump menyatakan rencana untuk melakukan pembicaraan dengan Iran pada pekan depan, dengan kemungkinan mencapai kesepakatan baru. “Kami mungkin menandatangani kesepakatan,” kata Trump dalam konferensi pers usai pertemuan puncak NATO di Den Haag, Belanda. Namun demikian, Ariston menilai ketidakpastian global masih tinggi, terutama terkait kebijakan tarif AS dan potensi konflik lanjutan di wilayah Timur Tengah.
Berdasarkan kombinasi faktor tersebut, Ariston memperkirakan kurs rupiah akan bergerak dalam rentang Rp16.200 hingga Rp16.350 per dolar AS dalam waktu dekat. Pada pembukaan perdagangan Kamis pagi di Jakarta, rupiah tercatat menguat tipis sebesar 10 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp16.290 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya di Rp16.300.