Peringatan keras dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Barat soal bahaya metode penambangan di Gunung Kuda, Cirebon, ternyata tak diindahkan. Kepala Dinas ESDM Jabar, Bambang Tirtoyuliono, menyebut lokasi tambang itu sudah beberapa kali ditegur bahkan sempat dipasangi garis polisi. Namun, aktivitas penambangan tetap berjalan hingga akhirnya longsor memakan korban jiwa. “Kami sudah berkali-kali memperingatkan sejak Februari. Tapi tetap dilanggar. Sore ini kami tutup sementara, dan kemungkinan malam nanti akan ditutup permanen,” kata Bambang, Jumat (30/5).
Menurut Bambang, kesalahan utama terletak pada teknik penggalian yang tidak sesuai standar. Batuan di lokasi semestinya ditambang dengan sistem terasering dari atas, bukan dari bawah. Namun peringatan tersebut tidak dihiraukan oleh pihak pengelola tambang. Bambang menegaskan bahwa inspektur tambang juga telah turun langsung memberikan arahan, tetapi tidak ditindaklanjuti.
Longsor di lokasi tambang terjadi sekitar pukul 09.30 WIB dan menyebabkan 14 orang meninggal dunia. Hingga Jumat sore, tim penyelamat masih mencari delapan korban lainnya yang diduga tertimbun material longsor. Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman, menyampaikan bahwa status tanggap darurat telah ditetapkan dan proses pencarian akan kembali dilanjutkan Sabtu pagi setelah asesmen keamanan lokasi.
Selain korban tewas, empat orang lainnya mengalami luka ringan dan sudah menjalani perawatan. Pemerintah daerah menunjuk Dandim sebagai koordinator lapangan untuk penanganan bencana, sementara Basarnas menjadi pelaksana utama evakuasi. Langkah mitigasi dan kajian potensi longsor susulan akan diprioritaskan agar tidak terjadi insiden serupa yang lebih fatal.