Mengonsumsi daging dalam jumlah berlebihan, khususnya daging merah dan olahan, terbukti dapat memicu berbagai gangguan kesehatan serius. Laporan dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menegaskan bahwa pola makan tinggi daging merah, terutama yang diproses, dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2. Risiko ini meningkat seiring frekuensi dan jumlah konsumsi harian.
Penelitian yang dimuat dalam jurnal Circulation tahun 2020 mengungkap bahwa konsumsi dua porsi daging merah atau olahan dalam seminggu dapat meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 7%. Bahkan, dalam jangka panjang, pola makan tinggi daging olahan seperti sosis, nugget, dan daging asap meningkatkan risiko kanker kolorektal secara signifikan, menurut data dari International Agency for Research on Cancer (IARC), bagian dari WHO.
Tak hanya penyakit jantung dan kanker, konsumsi daging berlebih juga berdampak negatif terhadap metabolisme tubuh. Studi dari Diabetes Care menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi daging merah setiap hari memiliki risiko 19% lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibandingkan mereka yang mengonsumsi daging dalam jumlah terbatas. Hal ini berkaitan dengan tingginya kandungan lemak jenuh dan zat kimia yang terbentuk selama proses pemasakan daging.
Meskipun daging merupakan sumber protein, zat besi, dan vitamin penting, para ahli menyarankan untuk membatasi konsumsi maksimal 70 gram per hari. Mengganti sebagian asupan protein hewani dengan protein nabati seperti tahu, tempe, kacang-kacangan, dan ikan dianggap lebih menyehatkan serta dapat mengurangi risiko penyakit kronis di masa depan.