Arab Saudi dan sejumlah negara Arab lainnya mengecam keras pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mengisyaratkan kemungkinan pendirian negara Palestina di wilayah Arab Saudi. Pernyataan yang disampaikan Netanyahu dalam sebuah wawancara itu dinilai sebagai upaya mengalihkan perhatian dari agresi Israel di Gaza serta dianggap mencerminkan pemikiran yang jauh dari realitas.
Ketua Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menegaskan bahwa pernyataan Netanyahu tidak dapat diterima dan hanya merupakan “fantasi atau ilusi.” Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menolak keras komentar tersebut, menuduh Netanyahu berusaha menutupi tindakan brutal Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza. Saudi juga menegaskan bahwa pola pikir ekstremis semacam ini tidak memahami arti penting tanah Palestina bagi rakyatnya.
Pernyataan kontroversial Netanyahu ini juga memicu reaksi tajam dari Qatar, Mesir, dan Yordania. Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut komentar tersebut sebagai “rasis,” sementara Yordania mengecamnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. Uni Emirat Arab (UEA) juga menegaskan bahwa pernyataan Netanyahu merupakan tindakan provokatif yang melanggar piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Bagi warga Palestina, wacana pemindahan mereka dari Gaza mengingatkan pada peristiwa tragis “Nakba” tahun 1948, ketika ribuan warga Palestina terusir dari tanah mereka akibat pembentukan negara Israel. Negara-negara Arab berkomitmen untuk terus mendukung perjuangan Palestina dan menolak segala bentuk penghapusan hak rakyat Palestina atas tanah mereka sendiri.